Langsung ke konten utama

BAGAIMANA PENGARUH TEMAN DALAM KEHIDUPAN SERTA APA KRITERIA TEMAN YANG BAIK

 -BAGAIMANA PENGARUH TEMAN DALAM KEHIDUPAN SERTA APA KRITERIA TEMAN YANG BAIK-

Cilegon, 24 September 2021 

Ditulis oleh: Alif Safikri (Mahasiswa semester 3 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung) 


Derajat dan posisi seorang teman maupun sahabat dalam Islam mendapat perhatian penting dalam perkembangan, pertumbuhan, dan pengambilan sikap pribadi kita. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan kita agar hati-hati dalam mencari sahabat sejati. 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Seseorang bisa dilihat dari keberagamaan sahabatnya. Hendaklah setiap kamu memerhatikan bagaimana sahabatmu beragama.’”

Oleh karena itu, dalam hal berteman, kita tidak boleh berteman dengan sembarangan orang, apalagi teman tersebut membuat kita semakin jauh dari Allah, ucapannya selalu tentang dunia dan kebodohan serta perbuatannya hanya akan menyeret kita menjadi golongan penjilat dunia. 

Dalam hal memilih teman, Rasulullah pernah memberikan kriteria tentang siapa yang layak dijadikan teman yang termaktub dalam sebuah Haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan ‘Abd bin Humaid dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma bahwa ia bertanya kepada Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam: “Siapakah teman-teman kita yang terbaik?” Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:  

مَنْ ذَكَّرَكُمْ بِاللهِ رُؤْيَتُهُ، وَزَادَكُمْ فِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ، وَذَكَّرَكُمْ بِالآخِرَةِ عَمَلُهُ 

Artinya: “Teman yang paling baik adalah teman yang dengan melihatnya, mengingatkan kalian kepada Allah, ucapannya menambahkan ilmu bagi kalian, dan perbuatannya mengingatkan kalian akan akhirat.”

Ibnu Rusyd pernah mengatakan: 

لَا يَنْبَغِي أَنْ يُصْحَبَ إِلَّا مَنْ يُقْتَدَى بِهِ فِي دِيْنِهِ وَخَيْرِهِ، لِأَنَّ قَرِيْنَ السُّوْءِ يُرْدِي 

“Tidak seyogyanya dijadikan teman kecuali orang yang dapat diteladani agama dan kebaikannya, karena teman yang buruk akan menjadikan hina.”

Dalam redaksi lain, Imam Al-Ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah menyebutkan sedikitnya lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencari sahabat.

Pertama, akal:

فإذا طلبت رفيقا ليكون شريكك في التعلم، وصاحبك في أمر دينك ودنيا فراع فيه خمس خصال: الأولى: العقل: فلا خير في صحبة الأحمق، فإلى الوحشة والقطيعة يرجع آخرها، وأحسن أحواله أن يضرك وهو يريد أن ينفعك، والعدو العاقل خير من الصديق الأحمق 

Artinya: “Bila kau ingin mencari sahabat yang menemanimu dalam belajar, atau mencari sahabat dalam urusan agama dan dunia, maka perhatikanlah lima hal ini. Pertama, akalnya. Tiada mengandung kebaikan persahabatan dengan orang dungu. Biasanya berakhir dengan keengganan dan perpisahan. Perilaku terbaiknya menyebabkan kemudaratan untukmu, padahal dengan perilakunya dia bermaksud agar dirinya berarti untukmu. Peribahasa mengatakan, ‘Musuh yang cerdik lebih baik daripada sahabat yang dungu,’” (Lihat Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 90).

Kedua, akhlak terpuji:

الثانية: حسن الخلق: فلا تصحب من ساء خلقه، وهو الذي لا يملك نفسه عند الغضب والشهوة

Artinya: “Kedua, akhlak yang baik. Jangan bersahabat dengan orang yang berakhlak buruk, yaitu orang yang tidak sanggup menguasai diri ketika sedang marah atau berkeinginan,” (Lihat Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 90-91).

Ketiga, keshalihan:

الثالثة: الصلاح: فلا تصحب فاسقا مصرا على معصية كبيرة، لأن من يخاف الله لا يصر على كبيرة، ومن لا يخاف الله لا تؤمن غوائله، بل يتغير بتغير الأحوال والأعراض،

Artinya: “Kesalehan. Jangan bersahabat dengan orang fasik yang terus menerus melakukan dosa besar karena orang yang takut kepada Allah takkan terus menerus berbuat dosa besar. Orang yang tidak takut kepada Allah tidak bisa dipercaya perihal kejahatannya. Ia dapat berubah seketika seiring perubahan situasi dan kondisi,” (Lihat Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 91).

Keempat, tingkat keserakahan terhadap dunia:

الرابعة: ألا يكون حريصا على الدنيا: فصحبة الحريص على الدنيا سم قاتل؛ لأن الطباع مجبولة على التشبه والاقتداء، بل الطبع يسرق من الطبع من حيث لا يدري فمجالسة الحريص تزيد في حرصك، ومجالسة الزاهد تزيد في زهدك 

Artinya, “Keempat, jangan cari sahabat yang gila dunia. Persahabatan dengan orang yang gila dunia (serakah) adalah racun mematikan karena watak tabiat itu meniru dan meneladani. Bahkan tabiat itu mencuri tabiat orang lain dari jalan yang tidak disadari. Pergaulan dengan orang serakah dapat menambah keserakahanmu. Sementara persahabatan dengan orang zuhud dapat menambah kezuhudanmu,” (Lihat Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 92).

Dan kelima, kejujuran:

الخامسة: الصدق: فلا تصحب كذابا، فإنك منه على غرور، فإنه مثل السراب، يقرب منك البعيد، ويبعد منك القريب.

Artinya: “Kelima, jujur. Jangan bersahabat dengan pendusta. Kau dapat tertipu olehnya. Pendusta itu seperti fatamorgana, dapat mendekatkan sesuatu yang jauh dan menjauhkan yang dekat darimu,” (Lihat Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 92).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Status PPKM Menurun, Jama'ah Mulai Hadiri Pengajian Secara Beruntun

Status PPKM Menurun, Jama'ah Mulai Hadiri Pengajian Secara Beruntun Dakwahpos.com, Cilegon- Status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)  di daerah Banten terus mengalami tren penurunan, bahkan semua Kota/Kabupaten sudah berada di zona kuning atau level 2, hal tersebut berimbas baik pada kegiatan keagaaman masyarakat yang ada.  Masjid al-Fudhollah, yang terletak di Kecamatan Jombang, Kota Cilegon merupakan masjid yang letaknya tepat berada di pinggir jalan. Masjid itu rutin mengadakan kegiatan pengajian keagamaan selama dua kali dalam satu minggu, namun ketika masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mengalami kenaikan jama'ah pengajian menurun akibat takut menimbulkan klaster penyebaran Covid-19 baru.  Pada hari Sabtu malam, tanggal 25 September 2021 kemarin, jama'ah mulai kembali meramaikan kegiataan mingguan tersebut. Dalam pengajian malam Ahad tersebut, kebetulan diisi oleh al-Mukarrom KH. Bahroni, beliau membacakan serta menjelaskan kitab &q